Pages

Curhatan Autumn : Pertemuan dan Perpisahan

Berita kurang baik di awal autumn... Aahhh, mungkin kurang tepat kalau saya bilang kurang baik, karena mungkin itu justru yang terbaik bagi mereka. Tapi, sedikit banyak, berita itu membuat hati saya menjadi sedikit tidak "nyaman", maka saya bilang kurang baik...

Sepertinya, autumn kali ini bukan hanya dingin yang menyakitkan, tapi-tapi berita-berita sedih juga ikut menyertainya. Dan seperti sebuah rangkaian, saya mendengarkan dalam waktu yang beruntun. Berita pertama, tiba-tiba salah seorang anggota rumah kami memutuskan untuk keluar dari rumah dan pindah ke rumah yang lain tinggal sendirian di one room. Sudah dapat rumahnya dan sudah dibayar. Rumah kami adalah sebuah two room yang di huni oleh 5 orang mahasiswa dari Indonesia yang kuliah di Yeungnam (cewek semua tentunya). Saya menganggap mereka semua adalah keluarga saya disini. Berarti dengan pindahnya salah satu mereka, seperti kehilangan salah satu anggota keluarga. Sedikit banyak, saya sedih. Tapi itu adalah sebuah keputusan yang harus dihormati. Sebelumnya, gak ada indikasi kalau yang bersangkutan akan pindah, jadi dalam bayangan saya kita akan terus bersama-sama tinggal di rumah tersebut sampai akhir nanti selama disini. Tapi mungkin, tidak semua orang bisa betah tinggal bareng rame-rame dalam satu rumah. Saya sadar betul bahwa tiap orang punya karakter masing-masing dan berbeda-beda pula tentunya. Ketika kita memutuskan untuk tinggal bersama-sama, konsekuensinya kita harus siap menerima mereka semua dengan segala sifat baik maupun buruknya. Dan ketika ada sesuatu yang gak sesuai dengan kita, baik itu kebiasaan, sifat, prinsip, atau hal-hal lainnya, hal itu bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Maka toleransi dan saling menghormati disini sangatlah penting. Saya akui  kalau saya orangnya cuek, berantakan, semaunya sendiri. Mungkin kadang orang bisa "enek" dengan berbagai macam kejelekan saya itu. Tapi, saya pun menghormati apapun yang mereka lakukan dan sedikit mungkin gak terlalu banyak komentar dengan apa yang mereka lakukan, selama tidak ada yang menyimpang. Tak bisa dipungkiri juga, benturan-benturan dan masalah-masalah pasti ada. Tapi itu bukan big problem menurut saya, tergantung bagaimana kita menyikapinya, dan kedewasaan dibutuhkan juga disini. Bahkan saya pernah bertengkar lumayan "dahsyat" dengan teman terdekat saya di rumah itu. Tapi setelah itu, selesai, dan kembali seperti sediakala. Namun, jika teringat, betapa sangat menyesalnya saya karena tidak bisa mengendalikan diri kala itu.

 Ini foto ketika lebaran kemaren, atas permintaan saya untuk sebuah foto "keluarga".

Dengan tinggal bersama-sama, paling tidak ada teman disamping kita yang bisa saling mengingatkan disaat kita lengah sekaligus tempat untuk berbagi, kesedihan maupun kebahagiaan. Terlebih di tempat yang jauh dari kelurga dan orang-orang terdekat seperti disini. Yang bener-bener jadi "temen" kita dan yang mengerti kita, itu tidak banyak, bisa dihitung dengan jari. Alangkah sedihnya ketika kita mendapatkan masalah di lab atau sedang bahagia karena research kita berhasil tapi tidak ada seseorang pun untuk berbagi tentang hal itu. Meskipun kadangkala mereka tidak bisa membantu atau menyelesaikan masalah kita, tapi adanya mereka dengan telinga dan tangan-tangan, yang siap mendengar dan memeluk kita, maka itu pun cukup untuk membuat kita kembali kuat. 

Dengan tinggal bersama-sama, mungkin privacy kita menjadi berkurang karenanya. Tapi saya mengingat dengan jelas saat-saat kebersamaan dan kekeluargaan di rumah itu. Sangat berterima kasih, mungkin itu ungkapan yang pantas saya ucapkan dari dalam dalam lubuk hati saya. Di tengah-tengah berbagai macam beban dan masalah yang saya alami disini, mereka ada sebagai keluarga dengan segenap kehangatan. Jika boleh saya mengenang : pergi ke festival bunga di Jihae bareng-bareng, pergi ke Busan, Daejon dan Seoul juga bareng-bareng serumah, ngumpul bareng di kamar saya kemudian ngobrol membicarakan mulai dari research, kuliah, impian-impian kami dan lain-lain sehabis pulang dari lab, pelukan dari mereka untuk saya ketika saya menangis, roti bakar dan makanan lainnya yang mereka sediakan ketika saya bangun tidur dan buka puasa, ngaji bareng-bareng, makan bareng-bareng, sholat tarawih bareng-bareng, masak bareng-bareng, sholat Ied bareng-bareng... Aahhh, terlalu banyak hal yang telah kami lalui bersama-sama, tak bisa dihitung. Yang pasti, semua itu adalah indah.

Bulan depan, satu orang anggota rumah kami juga akan meninggalkan rumah itu. Pulang karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan disini dan sudah lulus. Pulang untuk mempersiapkan pernikahannya di bulan berikutnya. Semua pasti tidak akan pernah sama setelahnya. Bahkan jika mengingatnya bahwa akan ada anggota rumah kami yang pergi bulan depan, tiba-tiba suasana menjadi muram dan raut-raut kesedihan jelas tergambar di muka-muka kami. Karena itu berarti anggota keluarga kami akan berkurang kembali...

 Anyway, di setiap pertemuan, sudah seharusnya kita menyiapkan kata-kata untuk salam perpisahan. Karena bagi saya, kedua hal tersebut seperti berada di sisi-sisi sebuah koin mata uang...

Hah, hwaiting... !!

Berita kedua nyambung di sekuel berikutnya...

0 comments:

Post a Comment