Saya mulai panik dan was-was. Conference di Jeju Island tanggal 21 bulan ini, tapi research baru bisa start minggu ini juga. Banyak sebab dan rintangan. Ditambah dengan salah satu anggota lab yang tiba-tiba entahlah, seperti kena PMS padahal ditinjau dari sex gender nya dia adalah seorang pria tulen. No smile for me anymore since about a month ago. No joke, no laugh, no greeting, dan selalu bermuka masam melebihi kimchi jika berbicara dengan saya, gak co-operative banget dan enggan membantu saya. Moreover, he tried to avoid talking with me as could as possible. What the hell is it? Hey, I'm a human. Biar jelek-jelek begini masih punya hati dan punya rasa. Kalau orang Jakarta yang temen saya bilang, "enggak banget deh, cowok gitu lhoh". Dan saya kurang tahu persis alasannya apa. Tidak dibicarakan sama sekali. Jika saya mereka-reka, apa kesalahan saya kira-kira, itupun sebenarnya bukan murni datangnya dari saya. Justru sepatutnya saya juga berhak marah dengannya. Bukan sesuatu yang patut dijadikan alasan untuk bermuka kimchi tiap hari. Padahal saya juga sudah meminta maaf yang sebesar-besarnya dan menjelaskan yang sebenarnya. Tapi jika semua seperti apa yang seharusnya, mungkin di dunia ini sangat indah kali ya.... Musim semi terus menerus sepanjang tahun... Terus buah duren bisa disilangkan dengan pisang tanduk...
Anyway, sikapnya menyulitkan saya secara fisik dan mental. Datang ke lab seperti datang ke penjara Guantanamo. Horror. Ditambah dengan saya paling gak bisa dan gak tahan kalau dalam situasi seperti ini, dingin layaknya winter. Saya jadi gak nyaman, merasa terintimidasi, nelongso, sedih, gak bisa mikir dan gak enak makan. Kedengarannya berlebihan ya, entahlah, atau barangkali sayanya yang terlalu "perasa". Mau tidak mau harus berhubungan dan bergantung dengan dia, karena sekali lagi "I'm foreigner student", dan parahnya lagi foreigner student yang gak ngerti bahasa Korea. Yah, nasib jadi pencari ilmu di negeri asing, harus siap dengan segala resiko, termasuk mendapat tekanan batin dari pribumi yang semula justru sangat dekat dengan kita. Aahhh, tiba-tiba jadi pengen pulang... Pusing sama research, sama temen gak kalah pusing juga... Pelajaran moral autumn kali ini, pertama : autumn yang dingin barangkali merubah orang menjadi lebih sensitif dan melankolis, kedua : autumn yang dingin barangkali bisa membuat kaum Adam menjadi serupa kaum Hawa yang sedang PMS, ketiga : jangan pernah menyakiti atau mengecewakan orang-orang terdekat kita karena efek baginya akan meningkat secara eksponensial dibanding yang bukan orang-orang terdekat kita, ke-empat : dibelahan bumi manapun kita berada, masalah pasti akan selalu ada, dalam hal ini masalah menyangkut hubungan sosial dengan orang lain, tergantung bagaimana cara kita menyikapi dan menyelesaikannya. Dan yang kelima : hidup dan kehidupan itu bisa dibilang gak selalu gampang. Ada yang mau nambahin?
Woalah, ternyata bukan cuma saya saja yang mengalami hal seperti ini. Dari beberapa orang teman foreigner student, saya dengar "menderita" hal yang serupa. Fenomena apa ini kira-kira ya? Perbedaan budaya kah? Kecemburuan sosial? Atau apakah? Tidak mengerti saya... Padahal, saya merasa sudah berusaha menempatkan diri dengan baik sebagai seorang pendatang di negeri ini. Barangkali perlu diadakan suatu penelitian dan kalau dibikin paper barangkali bisa dipublish di jurnal-jurnal psikologi... Ummm, tapi tenang saja. Tidak semua pribumi bersikap seperti itu kok, bisa dihitung dengan jari. Dan sisanya yang banyak adalah relatively nice person...
Anyway lagi, saya sangat berharap teman lab saya itu kembali seperti sedia kala. Yang dulu selalu menyapa saya dengan sapaan khas nya, "Hi, Idham", tiap kali datang ke lab, yang dulu selalu dengan senang hati membantu saya, yang dulu selalu murah senyum sama saya, yang dulu sangat baik sama saya, yang dulu selalu bermuka ramah dengan saya. I know that he is a good person. I believe time will make him back like previous...
Sementara memang harus bisa bertahan apapun keadaannya. Seperti yang selalu dititahkan oleh para senior-senior kami disini, "Kalian yang kuat ya!", "Kalian harus bisa bertahan ya!"...
Demi sebuah asa...
God, please help me....
Demi sebuah asa...
God, please help me....
Gyeongsan, Autumn 2010
0 comments:
Post a Comment