Di Jepang dalam kondisi habis gempa, terjadi pemadaman listrik, ada perubahan jadwal kereta api, masih ada gempa susulan, tidak bisa berbahasa Jepang dan membaca karakter-nya ditambah dengan kebocoran Nuclear Plant di Fukushima, plus sendirian pula adalah termasuk sedikit perbuatan nekat. Orang-orang bilang agar saya jangan pergi kemana-mana, lebih baik tetap stay di hotel. Bahkan ada yang menyarankan segera menjauhi kota Tokyo dan kembali ke Narita keesokan harinya. Tapi bagi saya, berdiam diri di hotel seharian sedangkan telah berada di suatu tempat yang telah lama diimpikan untuk dikunjungi, bukanlah hal yang menyenangkan. Alasan lainnya, nyari oleh-oleh buat orang rumah. Maka saya pun memutuskan untuk jalan keluar, masih tetap berbekal peta subway Tokyo dan Tokyo handy guide. Mungkin saya tidak bisa kemana-mana di Tokyo tanpa kedua benda tersebut.
Karena malam sebelumnya, saya sudah berkunjung ke Shinjuku, Shibuya, Harajuku, Tokyo Tower dan sekitarnya, maka kali ini saya memutuskan untuk mengunjungi tempat yang lainnya : yaitu Asakusa dan Ueno. Rencana juga ingin melihat Rainbow Bridge di Odaiba, tapi menurut keterangan beberapa teman, daerah tersebut belum pulih akibat terkena tsunami. Di Jepang pun kebiasaan malas beranjak pagi-pagi ternyata masih kebawa juga. Siyal! Saya baru keluar dari hotel saat jam makan siang. Bahkan jatah sarapan di hotel pun tidak pernah saya ambil karena saking malasnya bergerak pagi-pagi.
Dari Otsuka menuju daerah Ueno, turun di stasiun Uguisudani dan langsung mencari Kaneiji Temple. Ketika saya terlihat sedang mencari-cari arah, tiba-tiba seorang bapak mendekati saya dan bertanya saya mau kemana dalam bahasa Inggris. Saya bilang ingin ke Kaneiji Temple, dan beliau pun dengan senang hati menunjukkan arahnya. Setelah saya susuri menurut petunjuk si bapak-bapak tadi, ternyata letaknya lumayan jauh. Sudah berjalan lumayan lama tapi tak kunjung menemukannya. Saya tiba di sebuah perkampungan yang di dalamnya banyak terdapat bangunan-bangunan kuno, entah itu temple atau rumah tradisional Jepang, saya kurang tahu. Akhirnya saya bertanya sama bapak-bapak yang saya jumpai di sekitar situ dan menunjukkan dimana letak Kaneiji temple. Ah, found it finally... Kaneiji temple ternyata ukurannya kecil, dan kompleknya pun tidak terlalu luas. Ketika saya masuk, cuma ada 2 orang yang nampaknya akan memindahkan sesuatu dengan menggunakan mobil. Sayangnya pengunjung tidak diijinkan masuk ke dalam bangunan temple-nya, hanya boleh melihat dari batas yang telah ditentukan. Setelah melihat-lihat sebantar, mengambil beberapa foto dan meminta tolong seseorang yang lewat untuk motoin, kemudian saya meninggalkan tempat tersebut. Di dekat Kaneiji Temple, terdapat Ueno Park dan beberapa Cemetery. Saya hanya melihat-lihat dari luarnya saja.
Setelah puas berkeliling-keliling Ueno, lalu saya kembali ke Uguisudani Station dan menuju ke Ueno Station , transfer Ginza Line ke Asakusa. Tujuan saya yaitu Namikase, pusat belanja oleh-oleh di Jepang. Sesampainya di Stasiun Asakusa, karena bingung letaknya Namikase ada di sebelah mana, akhirnya nanya ke orang. Ternyata gak terlalu jauh dari Stasiun Asakusa, cuma jalan kaki sekitar 5 menitan. Toko-toko souvenir di Namikase gak semuanya buka pas saya datang. Hanya dua deret saja yang terlihat buka penuh, sebagian besar menjual souvenir traditional khas Jepang. Tidak banyak orang yang datang juga kala itu. Di dekat Namikase, ada sebuah kuil yang lumayan besar. Beberapa orang terlihat datang mengunjungi kuil tersebut untuk berdoa, dan beberapa lainnya yaitu para turis hanya melihat-lihat dari luar kuil, termasuk saya. Semakin sore, udara semakin dingin dan menusuk sekali karena angin yang kencang. Saya bergegas melihat-lihat dan membeli beberapa buah souvenir dari beberapa toko. Tatkala sedang memilih souvenir, tiba-tiba si Eka nelpon, menurut dia Professor menyuruh saya menginap di bandara malam ini. Karena diperkirakan besok pagi lalu lintas sangat padat, dan khawatir jikalau saya telat tiba di bandara. Akhirnya saya putuskan untuk segera kembali ke hotel agar tidak cemas. Sebenarnya masih ingin melanjutkan exploring nya, tapi ternyata udara semakin dingin dan saya hanya memakai jaket tipis. Gak kuat lama-lama berada di luar, saya sudah menggigil... Sekembalinya di hotel, ternyata terjadi gempa susulan selama beberapa saat. Kamar yang saya tempati bergoyang-goyang, hanger yang digantung di dinding pun bergerak-gerak... Saya gak ke bandara malam itu karena sangat dingin sekali, saya pasti gak akan tahan berada disana...
Malam itu saya cuma bisa berdoa, semoga tidak terjadi apa-apa sampai sepulangnya saya keesokan harinya. Dan ada yang berpesan untuk saya agar kembali ke Korea dengan selamat dan bisa menulis blog kembali... Terima kasih banyak untuk semua orang yang telah peduli dengan saya kala itu : Astri yang telah menelepon saya walaupun gak diangkat, Eka yang gak capek-capeknya nelpon dan sms, Professor yang sangat peduli dengan saya dan menyesal telah mengijinkan saya berangkat ke Jepang, Ibu, Edit & Dongkyun yang menanyakan keadaan saya disana, teman-teman di Facebook dan lain-lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu...
0 comments:
Post a Comment